Jumat, 10 Juli 2015

SITI MARYAM

Alquran memperkenalkan sosok Sayyidah Maryam sebagai simbol kesucian diri dari berbagai perbuatan hina, seperti halnya yang dialami oleh Nabi Yusuf as dalam konteks peristiwa lainnya. Baik Maryam maupun Nabi Yusuf as, keduanya telah mengalami ujian berat dan berhasil selamat berkat sifat ‘afaf yang mereka miliki.

Kedudukan Sayyidah Maryam dilukiskan dalam banyak ayat Alquran. Di antaranya yang dapat disebutkan di sini, yaitu kisah tentang rahasia di balik ketinggian derajat dan pendidikan Ilahi yang dia dapatkan, seperti pada QS. Ali-Imran: 37, “Setiap Zakariya masuk untuk menemuinya (Maryam) di mihrab ia mendapati rezeki di sisinya. Zakariya bertanya, “Hai Maryam dari mana engkau memperoleh (rezeki) ini?” Dia (Maryam) menjawab, “Ia dari sisi Allah, sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa hisab.” Dalam ayat ini, digambarkan malaikat berdialog dengan Maryam. Hal tersebut menggambarkan pengalaman rohani (syuhud) Sayyidah Maryam yang menunjukkan keakrabannya dengan Allah SWT.

Ketinggian derajat Maryam juga diterangkan oleh Allah SWT melalui firmanNya: “Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala perempuan di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (QS. Ali Imran: 42-43). Pesan malaikat untuk terus beribadah, tunduk, rukuk dan sujud adalah sebuah bukti tingginya kedudukan Maryam.

Satu lagi ayat berkaitan dengan kedudukan Sayyidah Maryam, yaitu QS. Al-Maidah: 75 yang menyatakan bahwa Nabi Isa as memiliki seorang ibu yang mempercayai pembicaraan secara gaib. Bukan hanya membenarkan, tetapi dia tergolong orang shiddiq, yakni orang yang sangat benar dalam niat, ucapan serta perilakunya dan sangat membenarkan serta mempercayai ayat-ayat Allah. Kaum Shiddiqin adalah mereka yang menyertai para nabi, orang-orang saleh dan para syahid. Dan Sayyidah Maryam adalah salah seorang yang masuk ke dalam barisan tersebut. Rahasia di balik kedudukan Maryam sebagai shiddiqah, bukan karena dia mempercayai hal-hal yang biasa atau percaya pada setiap hal yang dipercayai orang lain. Tetapi, karena dia mempercayai sesuatu yang tidak dipercayai oleh orang lain, dan menguatkan kebenaran sesuatu yang mereka anggap mustahil.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka kita telah mendapatkan gambaran dari keteladanan dan kedudukan dari Sayyidah Maryam. Selanjutnya bagi kita—terkhusus kaum muslimah, berupaya mentransformasikan kehidupan dan kepribadian Sayyidah Maryam pada kondisi kekinian.

Dari analisis dan kajian berdasarkan pandangan Islam dan Alquran, maka paling tidak ada beberapa poin yang bisa menjadi perhatian dari sosok mulia Sayyidah Maryam as untuk diperankan dalam kondisi sosial hari ini, antara lain:

  1. Menyampaikan Kebenaran dan Melakukan Amar Makruf dan Nahi Mungkar

Bahwa dalam menjalankan tugas dan fungsi manusia sebagai khalifatullah, haruslah senantiasa konsisten dan berkomitmen dalam menyampaikan kebenaran, amar makruf dan nahi mungkar demi menjaga keserasian dan keharmonisan kehidupan.

  1. Menjaga Kesucian dengan Penyucian Jiwa

Salah satu kewajiban dalam seorang muslim adalah melakukan penyucian jiwa (tahdzibun nafs). Meninggalkan atau melalaikan kewajiban ini akan menyebabkan kerugian dunia dan akhirat. Manusia harus mampu memerangi berbagai sifat tercela dan memelihara kesucian atau ‘iffah pada dirinya. Karena menjaga kesucian adalah bagian penting yang dikehendaki Islam secara muakkad. Sedemikian pentingnya persoalan ini, sehingga menjadi tujuan terbesar para Nabi as.

  1. Menyiapkan Diri dalam Memikul Tanggung Jawab

Setiap muslimah harus senantiasa meningkatkan kualitas diri, membekali serta menyiapkan dirinya untuk mengemban tugas dan tanggung jawab yang sangat besar di waktu akan datang.

Perempuan sesungguhnya tidak menghadapi dilema antara pekerjaan dan keluarga atau antara karir dan anak-anaknya. Mereka bahkan seringkali menghadapi krisis identitas. Mereka memerlukan rujukan untuk meredefinisi peran mereka. Perempuan perlu mengkaji dan menelaah keteladanan figur perempuan-perempuan suci dalam Islam. Karena kesejahteraan dan keburukan umat manusia tergantung pada diri perempuan. Wallahu a’alam bisshawab.

sumber : islaminesia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar