SITI MARYAM
Alquran
memperkenalkan sosok Sayyidah Maryam sebagai simbol kesucian diri dari
berbagai perbuatan hina, seperti halnya yang dialami oleh Nabi Yusuf as
dalam konteks peristiwa lainnya. Baik Maryam maupun Nabi Yusuf as,
keduanya telah mengalami ujian berat dan berhasil selamat berkat sifat ‘afaf yang mereka miliki.
Kedudukan
Sayyidah Maryam dilukiskan dalam banyak ayat Alquran. Di antaranya yang
dapat disebutkan di sini, yaitu kisah tentang rahasia di balik
ketinggian derajat dan pendidikan Ilahi yang dia dapatkan, seperti pada
QS. Ali-Imran: 37, “Setiap Zakariya masuk untuk menemuinya (Maryam)
di mihrab ia mendapati rezeki di sisinya. Zakariya bertanya, “Hai Maryam
dari mana engkau memperoleh (rezeki) ini?” Dia (Maryam) menjawab, “Ia
dari sisi Allah, sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang
dikehendakiNya tanpa hisab.” Dalam ayat ini, digambarkan malaikat berdialog dengan Maryam. Hal tersebut menggambarkan pengalaman rohani (syuhud) Sayyidah Maryam yang menunjukkan keakrabannya dengan Allah SWT.
Ketinggian derajat Maryam juga diterangkan oleh Allah SWT melalui firmanNya: “Dan
(ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya
Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas
segala perempuan di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatlah
kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.”
(QS. Ali Imran: 42-43). Pesan malaikat untuk terus beribadah, tunduk,
rukuk dan sujud adalah sebuah bukti tingginya kedudukan Maryam.
Satu
lagi ayat berkaitan dengan kedudukan Sayyidah Maryam, yaitu QS.
Al-Maidah: 75 yang menyatakan bahwa Nabi Isa as memiliki seorang ibu
yang mempercayai pembicaraan secara gaib. Bukan hanya membenarkan,
tetapi dia tergolong orang shiddiq, yakni orang yang sangat
benar dalam niat, ucapan serta perilakunya dan sangat membenarkan serta
mempercayai ayat-ayat Allah. Kaum Shiddiqin adalah mereka yang
menyertai para nabi, orang-orang saleh dan para syahid. Dan Sayyidah
Maryam adalah salah seorang yang masuk ke dalam barisan tersebut.
Rahasia di balik kedudukan Maryam sebagai shiddiqah, bukan
karena dia mempercayai hal-hal yang biasa atau percaya pada setiap hal
yang dipercayai orang lain. Tetapi, karena dia mempercayai sesuatu yang
tidak dipercayai oleh orang lain, dan menguatkan kebenaran sesuatu yang
mereka anggap mustahil.
Berdasarkan
uraian sebelumnya, maka kita telah mendapatkan gambaran dari
keteladanan dan kedudukan dari Sayyidah Maryam. Selanjutnya bagi
kita—terkhusus kaum muslimah, berupaya mentransformasikan kehidupan dan
kepribadian Sayyidah Maryam pada kondisi kekinian.
Dari
analisis dan kajian berdasarkan pandangan Islam dan Alquran, maka paling
tidak ada beberapa poin yang bisa menjadi perhatian dari sosok mulia
Sayyidah Maryam as untuk diperankan dalam kondisi sosial hari ini,
antara lain:
-
Menyampaikan Kebenaran dan Melakukan Amar Makruf dan Nahi Mungkar
Bahwa dalam menjalankan tugas dan fungsi manusia sebagai khalifatullah, haruslah senantiasa konsisten dan berkomitmen dalam menyampaikan kebenaran, amar makruf dan nahi mungkar demi menjaga keserasian dan keharmonisan kehidupan.
-
Menjaga Kesucian dengan Penyucian Jiwa
Salah satu kewajiban dalam seorang muslim adalah melakukan penyucian jiwa (tahdzibun nafs).
Meninggalkan atau melalaikan kewajiban ini akan menyebabkan kerugian
dunia dan akhirat. Manusia harus mampu memerangi berbagai sifat tercela
dan memelihara kesucian atau ‘iffah pada dirinya. Karena menjaga kesucian adalah bagian penting yang dikehendaki Islam secara muakkad. Sedemikian pentingnya persoalan ini, sehingga menjadi tujuan terbesar para Nabi as.
-
Menyiapkan Diri dalam Memikul Tanggung Jawab
Setiap
muslimah harus senantiasa meningkatkan kualitas diri, membekali serta
menyiapkan dirinya untuk mengemban tugas dan tanggung jawab yang sangat
besar di waktu akan datang.
Perempuan
sesungguhnya tidak menghadapi dilema antara pekerjaan dan keluarga atau
antara karir dan anak-anaknya. Mereka bahkan seringkali menghadapi
krisis identitas. Mereka memerlukan rujukan untuk meredefinisi peran
mereka. Perempuan perlu mengkaji dan menelaah keteladanan figur
perempuan-perempuan suci dalam Islam. Karena kesejahteraan dan keburukan
umat manusia tergantung pada diri perempuan. Wallahu a’alam bisshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar